My Inscription

  • Home
  • Jurusan
    • RPL
    • TKJ
    • MULTIMEDIA
  • Downloads
    • LINUX
    • UBUNTU
    • DEBIAN
      • Office
  • BLC TELKOM KLATEN
  • PEMROGRAMAN
  • REKAN KERJA
    • RIZKA MALA ALFIANA
    • FERRY KURNIAWAN
    • DENI OCTASAPUTRA
  • DOKUMENTASI
    • foto
    • video

Senin, 02 Agustus 2021

Memaksimalkan Perwujudan Hubbul wathan Minal Iman

 Srijulfiyanik.blogspot.com     09.57     No comments   

Sri Julfiyanik/Dr.Wahidullah/Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

CINTA TANAH AIR SEBAGIAN DARI IMAN

Cinta tanah air atau yang disebut juga dengan hubb al wathan merupakan perasaan bangga dan ikut memiliki sebuah wilayah atau tempat tinggal kita dilahirkan. Cinta tanah air bisa diwujudkan dengan cara berpikir, bersikap, kepedulian, kesetiaan, kebanggaan, rasa memiliki, menghargai, menghormati dan loyalitas tinggi yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat  tinggal. Selain itu dapat diwujudkan dari perilaku membela tanah airnya, terus menjaga dan melindungi tanah airnya, selalu rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negaranya serta mencintai dan melestarikan adat dan budaya yang dimiliki. Hal ini diwujudkan untuk melindungi wilayahnya dari berbagai ganggungan dan ancaman dari luar. Cinta tanah air juga dikenal dengan istilah nasionalisme yang merupakan wujud kebangsaan yang merupakan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airnya.

Dalam Islam cinta tanah air ini merupakan kesadaran akan tanggung jawab pemenuhan kewajiban-kewajiban atas Negara. Rasulullah SAW  dalam piagam Madinah memutuskan bahwa semua warga Negara adalah satu tangan atas tangan yang lainnya, bahu-membahu melawan ancaman dan permusuhan atas tanah mereka, bekerja sama antara satu sama yang lain untuk mewujudkan kepentingan mereka, menjaga Negara, dan kehormatan mereka. Mencintai tanah air termasuk dalam masalah fitrah dan islam adalah agama fitrah. Akan tetapi mecintai tanah air mempunyai batasan, yaitu tidak boleh bertentangan dengan ibadah serta ajaran syariat islam.

Dalam sebuah hadits Shahih Bukhari Rasulullah SAW, pernah berdoa yang artinya, “Ya allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami kepada Mekkah.” (HR.al-Bukhori 7/161). Dari hadits tersebut sangatlah jelas bahwa rasulullah dan para sahabatnya mencinta tanah airnya, yaitu sebagai tanah kelahiran beliau, dan Madinah sebagai tempat beliau hijrah. Sesuai firman Allah SWT yang artinya, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu kemakmurannya.” (QS Hud:61). Dari ayat al-qur’an tersebut kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki tanah air yaitu Negara Indonesia, cara kita mengungkapkan rasa cinta tanah air pada saat ini yaitu dengan cara menghormati peraturan-peraturan terutama pada undang-undang, menjaga dan peduli terhadap lingkungan saling menghormati hak dan berbedaan agama, bermsyarakat dan bernegara dengan cara yang baik dan ikut serta membangun kemajuan bangsa.

Para ulama’ Indonesia juga mengeluarkan pendapat tentang cinta tanah air merupakan kewajiban bagi seluruh warga negara. Dalam putusan Majelis Ulama’ Indonesia (MUI), membela tanah air adalah hal yang wajib. Ungkapan yang paling  sering kita dengar adalah : Cinta tanah air adalah bagian dari iman, Dalam kalimat bahasa arab adalah “Hubb Al Wathan Minal Iman”, kata “Hubb” mempunyai arti cinta atau senang atau rasa memiliki. “Al Wathan” yang diartikan sebagai tanah air atau tanah kelahiran. “Min” yang dapat diartikan sebagai atau sebagian dari. Kata “Al Iman” berarti kepercayaan, keyakinan atau ketauhidan, Iman juga berarti perasaan percaya tertinggi manusia kepada tuhannya.

Makna penting dari cinta tanah air atau Hubb Al Wathan Minal Iman adalah cinta tanah air sebagai wujud syukur terhadap melimpahnya karunia Tuhan terhadap tanah airnya yang sesuai dengan Maqasid Asy Syari’ah diantaranya menjaga agama, pikiran, jiwa, harta, keturunan dan tanah airnya.  Mencintai tanah air itu bukan hanya karena tabiat, tetapi juga lahir dari bentuk keimanan kita. Karena, jika kita mengaku diri kita sebagai orang yang beriman, amak mencintai Indonesia sebagai tanah air merupakan keharusan.

Hubbul Wathan Minal Iman merupakan konsep yang pernah digagas oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1934. Beliau adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Bapak Presiden Jokowi di tahun 2014. Beliau juga yang membuat syair “Ya Lal Wathon” pada tahun 1934. Jika kita mengingat ke belakang untuk mengenang sejarah berdirinya bangsa ini, akan banyak sekali kita temukan para ulama dan para santri yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Resolusi jihad NU yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945, yaitu juga nengungkapkan kewajiban setiap umat Islam untuk berjuang membela negara dan bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajahan Belanda dan Jepang. Resolusi jihad tersebut menjadi salah satu semangat rakyat Indonesia dalam perang 10 Nopember 1945 di Surabaya yang merupakan perlawanan terbesar bangsa Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari Sebagai salah satu ulama’ yang berpengaruh di Indonesia, menyerukan perlawanan dan perjuangan terhadap penjajah.

Makna yang terkandung dalam bait “Hubb Al Wathan” adalah sebuah penghambaan manusia terhadap tuhannya. Akan tetapi dalam hal ini bukan berarti menjadikan tanah air sebagai tuhan atau sesembahan, melainkan mewujudkan perasaan cinta kepada Allah dan mensyukuri apa yang telah diberikannya. Cinta kepada Tuhan merupakan hal yang wajib bagi setiap hambanya, dapat ditandai dengan mencintai makhluk ciptaanNya. Mencintai tanah airya sebagai ungkapan syukur atas karunia Tuhan yang telah memberikan segala karunianya.

Indonesia tidak akan bertahan menjadi negara multikultur, bhineka, dan damai jika penduduknya tidak memegang teguh 4 pilar kebangsaan. Kunci dari 4 pilar kebangsaan itu salah satunya adalah nasionalisme. Maka menjaga substansi dan marwah nasionalisme hukumnya wajib bagi setiap orang yang lahir dan besar di Indonesia. Nasionalisme yang dimaksud tidak hanya dalam hal budaya, namun juga dalam agama, baik itu Islam, Hindu, Kristen, Budha dan lainnya. Nasionalisme di Indonesia dengan nasionalisme di luar negeri memang beda. Nasionalisme ini dapat diterima masyarakat Indonesia setelah diberi makna dan isi yang berbeda dengan Barat. Di Indonesia nasionalisme yang diterima adalah nasionalisme tauhid/Islam dan kebudayaan, menerima rasa hidupnya sebagai wahyu, dan menjalankan rasa hidupnya itu sebagai suatu bakti atau patuh.

Semangat Hubbul Wathan Minal Iman mendasari bahwa menjadi nasionalis justru menjadi representasi muslim yang kafah dalam beragama, bukan sebaliknya. Belakangan ini, adanya kelompok yang mempertentangkan nasionalisme dan spirit beragama justru mengingkari substansi agama itu sendiri sebab, tidak ada yang menyuruh pemeluknya melawan, apalagi mengganti dasar negara. Kunci yang utama sebenarnya hanya satu, yaitu Hubbul Wathan Minal Iman. Artinya, mencintai tanah air sudah mencakup mencintai semua hal dan itu sudah sangat “islami”. Mulai dari cinta agama, negara, suku, bahasa, budaya dan semua yang ada didalamnya.

Semangat cinta tanah air memang urgen dan harus dipertahankan. Nasionalisme dan Islam adalah satu kesatuan untuk melawan penjajah, melawan ancaman dari luar yang dapat meruntuhkan keutuhan negara. Perjuangan melawan penjajah dan  pertarungan ideologi dalam negeri sudah ketinggalan zaman jika memisah-misahkan antara nasionalisme dan Islam, nasionalisme dengan Kriten, Hindu dan agama lainnya. Padahal, penyatuan semangat Islam dan nasionalisme sejak dulu terbukti ampuh untuk mengusir penjajah. Menurut Mintaredja (1972, 55) zaman perjuangan kemerdekaan, aspirasi Islam dan nasionalisme adalah senjata ampuh melawan penjajah. Sekarang zaman sudah berubah pesat, musuh bangsa ini juga berbeda. Bahkan, Sukarno (1901-1970) pernah menyatakan “perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Benar adanya, kita sampai detik ini disibukkan perselisihan dengan saudara sendiri. Padahal, perselisihan selalu destruktif, menyakitkan dan puncaknya kehancuran. Para penjajah juga cerdik, saat ini melakukan kembali  adu domba atau politik devide et impera yang tidak disadari publik. Dari pendapat Abuddin Nata tahun 2016 dan Mintaredja tahun 1972 dapat disimpulkan menjaga ruh nasionalisme sangat urgen karena nasionalisme sejak zaman penjajah terbukti ampuh bisa menggerakkan masyarakat, kiai dan santri untuk mengusir penjajah. Nasionalisme yang didasari Hubbul Wathan Minal Iman juga merepresentasikan warga negara yang ramah. Jika dilaksanakan serius, maka akan melahirkan generasi yang tawassut (moderat), tawazun (seimbang), ta’adul (adil) dan tasamuh (toleran). Dulu adu domba berbasis strategi politik, militer, dan ekonomi, tetapi sekarang juga masih terdapat diadu domba yaitu para ulama, kiai, dan ormas Islam. Para kiai diadu domba dengan kiai, ulama dan ormas Islam dibenturkan atau dikaitkan dengan ulama dan ormas yang lain sehingga terjadi perselisihan. Semua yang seharusnya bersatu tetapi justru berseteru karena penjajahnya atau permasalahan dari negeri sendiri. Orang yang sudah punya bekal cinta tanah air pasti akan melakukan apa saja ketika bangsanya terancam dan diganggu. Sebab, sifat dasar manusia adalah cinta dan kasih sayang yang dapat menggerakkan fisik manusia melakukan kebaikan.

Perasaan cinta tanah air dapat diwujudkan cara sebagai berikut:

(1)               Menjaga dan mengharumkan nama bangsa Indonesia

(2)               Rela berkorban, melindungi, dan membangun kehidupan bangsa yang lebih baik lagi.

(3)               Berjiwa dan berkpribadian;

(4)               Bangga bertanah air dengan beragam suku budayanya;

(5)               Tidak melakukan perbuatan dan tindakan yang merugikan bangsa

(6)               Setia dan taat pada aturan dan norma yang berlaku.

(7)               Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dalam bidam umum maupun keagamaan.

Maka dari itu perwujuduan nasionalisme dan Hubbul Wathan Minal harus dimaksimalkan terutama pada lembaga pendidikan Islam untuk mencetak generasi yang setia kepada Indonesia. Hal itu termasuk cara strategis untuk menebas lahirnya generasi antinasionalisme, faham dan aliran radikal yang mengancam keutuhan Indonesia. Nasionalisme memanglah bukan segalanya, akan tetapi keutuhan negara yang di dalamnya ada suku, bahasa, budaya dan agama berawal dari sana. Tanpa adanya  nasionalisme, Indonesia akan mudah dijajah dan dihancurkan.

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

  • Mengatasi Permasalahan pada PHPMyAdmin
  • Membuat Form Login ( Frontend )
  • KRISISNYA RASA CINTA TANAH AIR DIKALANGAN REMAJA SAAT INI
  • MEMBUAT PORTAL SEKOLAH

Blog Archive

About Me

  • Srijulfiyanik.blogspot.com
  • dimas ari

Pengikut

Total Pageviews

  • Features
  • _Multi DropDown
  • __DropDown 1
  • __DropDown 2
  • __DropDown 3
  • _ShortCodes
  • _SiteMap
  • _Error Page
  • Documentation
  • Video Documentation
  • Download This Template
  • Home
  • About
  • Contact

Facebook

Video News

posts

Feature

posts

Popular Posts

  • Mengatasi Permasalahan pada PHPMyAdmin
    Mengatasi Permasalahan pada PHPMyAdmin
  • KRISISNYA RASA CINTA TANAH AIR DIKALANGAN REMAJA SAAT INI
  • Membuat Form Login ( Frontend )
    Membuat Form Login ( Frontend )

Copyright © My Inscription | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By blogger Templates